MEDIA INDONESIA 16/10 Page 14, -- KEPALA Badan Teknologi Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistyo Wisnubroto mengatakan di antara negara-negara ASEAN, hanya Indonesia yang belum mengembangkan potensi energi nuklir menjadi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Padahal, dari sisi sumber daya manusia dan infrastruktur, Indonesia sudah sangat siap.
"Banyak tenaga ahli nuklir Indonesia yang dikirim ke Vietnam. Bahkan, Bangladesh saja, saat ini sudah mengembangkan energi nuklir," ujarnya pada Seminar Nasional Teknologi Nuklir 2015 dan International Conference on Nuclear Energy Technologies and Sciences 2015 di Denpasar, Bali, kemarin.
Ia menjelaskan, PLTN diperlukan untuk memenuhi kebutuhan listrik Indonesia yang terus meningkat-. Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN), Indonesia ditargetkan punya kapasitas listrik 115 gigawatt pada 2025. Adapun saat ini kapasitas listrik terpasang baru sekitar 47 gigawatt.
"KEN juga menyebut Indonesia harus mampu membangun energi terbarukan sebesar 17% dan di dalamnya ada soal pemanfaatan energi listrik dari nuklir. Karena sumber energi terbarukan dari tenaga surya, angin, clan air masih sangat kecil. Sementara itu, satu PLTN bisa menghasilkan 5000 megawatt," jelasnya.
Jika mengingat pembuatan PLTN butuh sampai sepuluhan tahun, menurut Djarot idealnya pembangunannya dimulai tahun ini. Untuk membangun PLTN, investasi yang diperlukan Rp50 triliun. Pembangunan dilakukan di daerah yang bukan jalur gempa seperti di Bangka Belitung, Kalimantan, dan Batam.
Para akademisi dan pakar nuklir yang hadir di acara tersebut sepakat sudah saatnya Indonesia membangun PLTN. Bahkan, beberapa akademisi dari Kalimantan mendesak agar Kalimantan diberi izin secepatnya membangun PLTN.
"Kalimantan selama ini jadi penghasil batu bara, minyak bumi, dan uranium. Tetapi, di Kalimantan tiada hari tanpa listrik padam," ujar Purwodadi, dosen Universitas Mulawarman Kalimantan.
Ads Inside Post
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ConversionConversion EmoticonEmoticon