KORAN TEMPO 12/10 Page 13, -- Cina akhirnya terpilih sebagai pemenang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Keputusan ini memicu tanda tanya banyak pihak: kenapa tiba-tiba Cina yang dipilih?
Kepada Retno Sulistyowati, Akbar Tri Kurniawan, Pingit Aria, dan Khairul Anam dari Tempo di kantornya Rabu pekan lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Mariani Soemarno menjelaskan alasan pemerintah memilih Cina.
Banyak pihak melihat Anda melakukan hal mengagetkan: menandatangani nota kesepahaman kereta cepat dengan Cina, padahal Bappenas dan Jepang telah lama menggarap studinya.
Latar belakangnya, kami melihat dari sisi, potensi membangun industri. Bagi BUMN, bagaimana bisa mendapat transfer teknologi dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Ada proyek kereta ringan oleh Adhi Karya, yang sudah mulai membangun rute Cibubur-Jakarta, serta kereta cepat Jakarta- Bandung yang potensinya sangat baik.
Kami enggak tahu Jepang menyampaikan proposal kepada Bappenas. Kami sebagai BUMN semula berpikir untuk membangunnya di atas jalan tol. Terpikir pula kenapa enggak business to business. Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo mendukung: bikin studi. 'Cina merespons cepat sekali, mengirim banyak orang untuk feasibility study.
Anda tidak tahu Bappenas dan Jepang sedang mengerjakan studi proyek ini?
Enggak well informed. Yang saya tahu, hanya ada studi. Belum ada peinikiran untuk membangun. Saya mendapat laporan, pembangunan masih lama, tahun 2020.
Mengapa tidak digelar beauty contest saja?
Ada dua proposal masuk. Cina memberi skema business to business, lalu memasukkan proposal. Jepang juga. Kedua proposal dibuka, disandingkan. Kami transparan. Dalam menilai, kami tidak berbicara hal teknis. Kami mengutamakan struktur pembiayaan yang ditawarkan.
Bukankah rapat kabinet memutuskan membatalkan kereta cepat dan beralih ke kereta menengah?
Enggak, Anda salah interpretasi. Yang ditekankan, pemerintah tidak, akan melaksanakan proyek high speed train. Pemerintah juga tidak mau menggunakan APBN dan menolak memberi jaminan. Tapi Presiden mengatakan silakan BUMN melihat dari sisi business to business.Ya, memang B to B itu yang paling masuk. Salah satu yang dibicarakan konsorsium a dala h tingkat pengembalian investasi (ROI), apakah akan lebih baik bila kecepatan kereta 250-300 kilometer per jam.
Akhir September lalu, Anda bertemu dengan Duta Besar Jepang. Apa isi pertemuan itu?
Saya mengatakan, diputuskan bahwa ini bukan proyek pemerintah karena tidak ingin membebani APBN. Maka, dari dua proposal yang masuk, yang memenuhi kriteria hanya Cina. Sebab Jepang mengharuskan garansi pemerintah.
Jadi bukan Rini Soemarno yang "memaksa" memenangkan Cina?
Ada yang bilang kemarin, "Waduh, Bu Rini agennya Cina." Gimana bisa agen Cina? Menantu saya orang Jepang. Cucu setengah Jepang, tinggal di Jepang.
Bila konsorsium BUMN gagal bayar, apakah ada jaminan pemerintah tak bakal menanggung utang?
Betul, itu saya jamin. Secara struktur pembiayaan memang begitu. Saya tidak mau membebani anak-cucu. Saya tidak akan memaksa BUMN menggarap kereta cepat, ataupun mengerjakan apa yang tak dapat dikerjakan.
Ads Inside Post
Rini Mariani Soemarno, “Saya Tidak Memaksa BUMN Garap Kereta Cepat”
Kereta Cepat Jkt-BDG Koran Tempo Rini Mariani Soemarno
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ConversionConversion EmoticonEmoticon