Ahok memperoleh dukungan 23,5 persen.
REPUBLIKA 15/10 Page 13 — Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebutkan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) mengungguli bakal calon Gubernur DKI Jakarta lainnya. Ahok dinilai berpeluang untuk kembali memimpin Ibu Kota untuk periode berikutnya.
Ahok memperoleh dukungan sebanyak 23,5 persen responses. Ini diperoleh dari responden Sebanyak 800 sampel dengan jumlah jawaban yang baik sekitar 631 responden.
"Survei ini diambil dengan menanyakan secara spontan nama yang berpeluangjadi calon Gubernur DKI nantinya. Survei menunjukkan dukungan terhadap Ahok sangat kuat," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan, di Jakarta, Rabu (14/10).
Posisi berikutnya ditempati Ridwan Kamil dengan 3,0 persen, Fauzi Bowo 2,1 persen, Tri Rismaharini 1,4 persen, dan .Tantowi Yahya 1,4 persen. Survei ini dilakukan dengan metodologi wawancara terbuka lewat tatap muka di lapangan pada 18-23 Agustus 2015.
Wawancara terbuka itu dilakukan kepada seluruh warga negara Indonesia di Jakarta yang sudah berumur 15 tahun ke atas atau yang sudah menikah. Melalui multistage random, responden yang diwawancara sebanyak Boo orang.
Dad 800 responden itu, yang dapat diwawancarai secara valid sebanyak 631 orang atau 79 persen dengan margin of error plug minus 4 persen pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Djayadi menyebut beberapa faktor yang membuat Ahok ma-sib diunggulkan. Evaluasi kinerja pemerintahan di bawah kepemimpinannya cukup positif. Tingkat kepuasan responden sebesar 64 persen atas kinerja Ahok selama ini.
Dalam pelaksanaan pemerintahan, 46 persen warga mengaku sangat puas dan ditambah 27 persen yang mengaku cukup puas. Dua hal tersebut jauh melampaui penilaian tidak puas yang sebesar 16 persen.
Tak hanya dari segi kinerja pemerintahan, dari segi pelayanan ke masyarakat Ahok juga mendapat angka kepuasan tinggi. Di bawah kepemimpinan Ahok, 86 persen responden mengaku sangat puas dengan pelayanan di kelurahan dan kecamatan.
"Ahok terbukti bisa menguhah pelayanan masyarakat menjadi lebih baik," ujar Djayadi.
Sebanyak 72 persen responden merasakan Jakarta semakin aman. Ini menegaskan mengapa evaluasi kinerja pemerintahan Ahok semakin positif. Dilihat dari segi infrastruktur, mulai dari sekolah, jalan raya, rumah sakit, hingga jaringan listrik dan ketersediaan air bersih juga cukup baik. Penilaian baik terhadap semua itu herada pada posisi di atas 70 persen.
Sebagai persoalan utama Jakarta, soal saluran air dan kelancaran transportasi juga menjadi poin penilaian. Permasalahan turun-temurun Ibu Kota ini kepuasan berbanding seimbang antara yang puas dan tidak puas yakni sebesar 49 persen.
Dari basil survei kepuasan yang dilakukan pada Bulan Agustus lalu dapat disimpulkan, mantan bupati Belitung Timur itu masih berpeluang cukup tinggi dipilih kembali oleh masyarakat Jakarta. Selain itu, citra berkompeten, berintegritas, tegas, dan berempati masih melekat dalam diri Ahok.
Sementara itu, Partai Nasional Demokrat (Nasdem) menyatakan ketertarikannya meminang Basuki sebagai calon yang diusung dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017 mendatang. Ketua DPP Partai Nasdem Akbar Faizal menjelaskan, pihaknya tengah menjajaki pendekatan kepada Basuki.
Ia menyebutkan, hampir 3040 persen Nasdem condong kepada mantan bupati Belitung Timur tersebut. "Saya menyebutnya penjajakan dan ketertarikan yang cukup. Saya sudah bertemu, sekitar 30-40 persen tertarik," kata Akbar.
Selama ini Ahok mencoba menunjukkan pemerintahan yang berani dan transparan. Ini menjadi poin pertimbangan bagi partai yang diketuai Surya Paloh ini. Ahok menjadi sosok fenomenal dengan menampilkan gebrakan-gebrakan Baru yang dikagumi masyarakat, mulai dari kebijakan, cara berkomunikasi, hingga kinerjanya yang cepat.
Satu gebrakan Ahok yang dinilai fenomenal adalah pembongkaran Kampung Pulo. Hanya Ahok gubernur yang berani menggusur warga yang turuntemurun tinggal di bantaran Sungai Ciliwung tersebut.
Walau begitu, ungkapnya, salah satu poin yang masih dipertimbangkan adalah poly komunikasi. Selama ini Ahok dikenal dengan gaya komunikasi yang ceplas ceplos. Namun, dukungan Nasdem masih belum final.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengkhawatirkan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (sara) merusak suasana demokrasi Pilkada di DKI Jakarta. Jika isu ini menyebar maka tidak menutup kemungkinan proses demokrasi akan terhambat.
Politikus PDIP Eva Sundari menyatakan, isu ini bisa menjadi batu sandungan bagi Ahok. Sebagai Ibu Kota, Jakarta menjadi daerah dengan isu sara yang masih kuat.
"Yang harus dipertimbangkan adalah isu sara yang pasti dimainkan lawannya. Yang mau menang pasti melawan dengan mengangkat isu sara. Jakarta termasuk rawan," kata Eva.
Menurut dia, masyarakat Jakarta masih mudah termakan isu sara. Bahkan, tak tertutup kemungkinan orang berpendidikan pun termakan isu ini. Pihaknya berharap isu ini tidak lagi digulirkan.
Ads Inside Post
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ConversionConversion EmoticonEmoticon