Ads Inside Post

Tony Blair Meminta Maaf atas Invasi Irak



Bekas PM Inggris itu mengakui invasi Irak berdampak kebangkitan ISIS.

KORAN TEMPO, 26/10 Page 25 — Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair akhirnya meminta maaf atas keikutsertaan Inggris dalam invasi Irak pada 2003. Meski invasi yang dilakukan bersama dengan Amerika Serikat itu berhasil menggulingkan Saddam Hussein dari kursi kepresidenan yang telah diduduki selama tiga dekade, Irak hingga kini masih bergelimang konflik.

Hal ini disampaikari Blair dalam wawancara dengan pembawa acara CNN, Famed Zakaria, kemarin.

"Saya meminta maaf karena data intelijen yang kami gunakan ternyata salah. Walaupun dia (Saddam Hussein) sering menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri, program (senjata pemusnah massal) itu tidak ada," kata Blair.

Pernyataan Blair merujuk pada laporan intelijen yang menyebutkan Saddam memiliki senjata pemusnah massal, yang menjadi dasar serangan AS dan Inggris ke negara itu. Namun belakangan diketahui laporan intelijen itu salah. Tapi invasi telanjur dilakukan, pemerintah Saddam hancur, dan ia dieksekusi pada Idul Adha 2006.

Lengsernya Saddam tidak kunjung membuat Irak damai. Peperangan demi peperangan terjadi di negara itu. Salah satunya adalah konflik sektarian yang memakan banyak korban jiwa. Berbagai kelompok militan muncul, contohnya Al-Qaidah dan belakangan ISIS. Puluhan ribu warga sipil Irak, lebih dari 4.000 tentara AS, dan 179 personel militer"Inggris terbunuh dalam operasi di Irak.

Blair mengaku tidak tabu dampak invAsi itu akan sangat parah dan berkepanjangan. "Saya meminta maaf atas kesalahan dalam perencanaan dan pemahaman tentang apa yang akan terjadi setelah kami menggulingkan tezim Irak."

Blair kepada Zakaria mengaku sadar bahwa kesalahan mereka dalam perang Irak telah membangkitkan ISIS, yang kebanyakan petingginya adalah .veteran perang Irak atau anggota milisi negara itu yang menentang invasi AS.

"Tentu saja, kami yang menggulingkan Saddam pada 2003 punya tanggung jawab atas situasi pada 2015. Tapi penting untuk dicatat, Arab Spring pada 2011 mungkin juga berpengaruh bagi Irak hari ini, dan yang kedua, ISIS punya pangkalan yang kuat di Suriah, bukan Irak."

Namun Blair menyatakan tidak menyesal. dan menolak meminta maaf atas ter- gun ngnya -Saddam. "Saya tidak bisa meminta maaf atas lengsernya Saddam. Saya kira, bahkan hari ini lebih baik dia tidak ada di sana dibanding masih ada," ujar Blair.

Sebelumnya, Blair selalu menolak meminta maaf atas kisruh berkelanjutan di Irak akibat invasi 2003. Pada 2004 ia menegaskan kepacia parlemen Inggris penolakannya untuk meminta maaf atas konflik di Irak. "Saya percaya melakukan hal yang benar." Pada 2007 Blair kembali menegaskan penolakan itu. [Sita Planasari Aquadini]