20 Okt 2015

Wapres: Pemerintah Tak Bisa Puaskan Semua

KOMPAS 20/10 page 2, -- Banyak yang menyebut satu tahun usia pemerintahan merupakan masa yang sulit. Namun, jika masa tersebut sudah terlampaui, masa-masa selanjutnya dalam pemerintahan akan mudah dilampaui dan berjalan lancar.

Bagi Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang pada Selasa (20/10) ini genap memasuki masa satu tahun pemerintahannya bersama Presiden Joko Widodo, masa satu tahun ini ibarat bayi yang dapat berdiri dan mulai berjalan.

"Seperti anak (berusia) setahun. Sekarang ini sudah bisa berdiri, dan tinggal berjalan saja," ujar Kalla saat diwawancarai oleh Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Ninuk Mardiana Pambudy, di aula Kantor Wapres atau eks gedung Dewan Pertimbangan Agung, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Wawancara berlangsung setelah Wapres bersama Presiden menunaikan shalat Jumat dan santap siang di Istana Merdeka. Suasana wawancara cukup rileks sehingga waktu hampir 1 jam 30 menit tak terasa berlalu. Setiap pertanyaan dijawab panjang lebar dan lugas.

Wapres, yang mengenakan kemeja batik merah muda, sesekali justru menghadirkan canda hingga suasana jadi hangat dan cair. Bahkan, saat Kompas meminta tambahan wawancara karena ada yang belum ditanyakan, Wapres tetap melayani. Inilah sebagian wawancaranya.

Bagaimana evaluasi perjalanan satu tahun pemerintahan?

Pertama, Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta, dengan wilayah yang luas. Kedua, negara-negara di dunia saling berhubungan satu sama lain dan saling memengaruhi. Tentu keberhasilan suatu pemerintahan terpengaruh juga dari apa yang dilakukannya dan apa yang terjadi. Oleh karena itu, apa yang kita capai selama satu tahun di bidang ekonomi terpengaruh dari kemajuan suatu bangsa dalam perdagangan, surplus, dan juga produktivitas bangsanya. Yang jadi masalah, pendapatan kita dari perdagangan di dunia ini menurun sehingga menyebabkan kegiatan ekonomi juga turun. Kalau politik, saya kira, kita berada pada suatu keadaan yang jauh lebih stabil dibanding sebelumnya.

Apakah kondisi sebelumnya bisa dikatakan tidak stabil?

Kalau dilihat kestabilannya, sebelumnya, kan, ada gesekan-gesekan ataupun pro kontra. Awal pemerintahan ini dibandingkan dengan sekarang tentu jauh berbeda. Situasinya sekarang jauh lebih tenang. Karena, boleh dibilang, batas antara Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih seperti cair. Stabilitas dan keamanan seperti itu memang jadi masalah pokok. Karena, yang jadi perhatian pokok kita adalah bagaimana ekonomi lebih baik lagi.

Jadi, menurut Wapres, yang terpenting sekarang adalah ekonomi?

Ya, karena ekonomilah yang akan menstabilkan politik. Ekonomi yang akan pengaruhi politik. Tetapi, sebaliknya juga, politik yang ramai juga bisa memengaruhi ekonomi.

Namun, masyarakat melihat, ada gesekan di kabinet yang terbuka di masyarakat. Ini membuat kesan kabinet tidak kompak, padahal tantangannya luar biasa dari sisi global.

Kita menyadari sering terjadi silang pendapat di antara menteri, menko dengan menteri yang lain. Itu terjadi juga dengan saya. Itu akibat pandangan-pandangan yang terlalu terbuka. Namun, ini juga sangat dipengaruhi oleh sejumlah media yang banyak dan terbuka. Tetapi, saat diambil keputusan, keputusannya satu. Apabila sudah diputuskan oleh Presiden bersama saya, keputusannya selesai.

Apakah hal itu dapat mengganggu atau justru dianggap bagian dari demokrasi?

Pasti (mengganggu). Karena semua keputusan itu butuh partisipasi. Itu juga bisa merusak opini karena masyarakat menginginkan stabilitas di pemerintahan atau fokus pemerintahan. Karena sudah diambil keputusan, saya kira sekarang tidak (lagi ada silang pendapat).

Beberapa isu yang ada sekarang ini adalah terkait pertumbuhan ekonomi kita yang berada di bawah target. Apa benar?

Benar 1 persen di bawah target.

Satu persen di bawah target itu lumayan besar karena akan menimbulkan masalah lapangan kerja dan ketimpangan kemakmuran. Bagaimana evaluasinya sekarang dan tahun depan?

Setiap penurunan pertumbuhan pasti punya efek lapangan kerja. Karena penurunan itu berarti ada pelemahan di sektor-sektor ekonomi tertentu. Contohnya, pelemahan di sektor tambang, mineral, bangunan, kemudian di sektor industri. Tetapi, yang paling besar di sektor tambang mineral sehingga pasti terjadi PHK. Kita tahu, terjadi juga penurunan di sektor perkebunan karet akibat penurunan harga. Artinya, PHK tahun ini tidak sebesar dengan apa yang kita lihat karena ekspor untuk barang-barang tertentu justru naik. Juga tahun depan.

Apakah signifikan?

Tidak juga, tetapi naik. Mungkin bisa 5 persen.

Kenaikan itu bisa mendatangkan lapangan kerja?

Ya jelas.

Industrialisasi kita sempat terhenti pada 1998. Namun, belakangan pemerintah giat kembali pada infrastruktur dan masuk lagi ke industrialisasi. Bagaimana ke depan?

Sebenarnya industri kita tak menurun dari sisi volume. Yang turun adalah persentasenya dari seluruh total ekonomi. Kenapa? Karena naiknya di sisi mineral dan tambang. Batubara cepat sekali naik, juga nikel, dan sawit sehingga mungkin naik 20 persen, industrinya mungkin hanya 10 persen. Kalau dipersentase total, ini jadi menurun, tetapi sebenarnya tidak. Jadi, tak terjadi deindustrialisasi.

Artinya, pertumbuhannya kalah cepat dibandingkan turunnya pertambangan dan mineral?

Ya. Karena faktor booming harga jual. Kita ingat tiga-empat tahun lalu harga mineral batubara naik karena faktor Tiongkok, yang juga negara industri.

Ada yang berpandangan, industrialisasi kita sebaiknya berbahan baku dalam negeri. Selain untuk mengurangi ketergantungan impor, juga memeratakan pembangunan, terutama membantu desa karena kemiskinan. Bagaimana rencana ke depan?

Sebenarnya memang di situ. Karena ekonomi yang tumbuh juga harus memperlihatkan surplus ekspornya. Kalau pembangunan (industri berbahan baku) impor, ya, surplusnya kecil. Sejak dulu, pemerintah kita memutuskan tak ekspor bahan baku dalam bentuk mineral. Berdasarkan undang-undang, kita tak boleh ekspor lagi raw material seperti bauksit dan nikel. Jadi, harus dalam bentuk barang jadi. Karena itu, mereka wajib membangun smelter sehingga ekspor kita bertambah. Sebenarnya kita menuju ke situ. Namun, yang terjadi industrinya tiba-tiba besar, malah tak cukup bahan bakunya.

Jadi, dalam industrialisasi ini akan lebih banyak menggunakan bahan baku dari dalam negeri?

Memang beratnya di industri itu persaingannya ketat. Dulu, persaingannya Jepang dan Tiongkok. Kita bersaing juga dengan Vietnam, Thailand, India, Banglades sehingga betul-betul kita harus bekerja keras.

Menghadapi situasi global saat ini, faktornya sebagian besar ada di luar, seperti pelemahan ekonomi Tiongkok. Pertumbuhan kita mungkin tak sebesar yang dicita-citakan dalam Nawacita atau janji kampanye. Apakah akan ada revisi target dan prioritasnya?

Kalau kita ingin menggambarkan ekonomi dunia, yang kita lihat adalah sifat yang berlebihan. Amerika ekonominya bermasalah karena berlebihan waktu perang di Irak. Biaya pertahanannya sangat tinggi sehingga timbul masalah dan defisit. Tiongkok ingin mempertahankan (pertumbuhan) double (digit). Eropa berlebihan memberikan jaminan sosial. Sekarang, tak bisa lagi ditopang dengan berlebihan sehingga kembali pada normal. Semua pertumbuhan ekonomi menjadi stabil. Dengan demikian, permintaan bahan baku maupun pasar pun turun. Namun, kita punya keberuntungan karena punya pasar domestik yang kuat.

Salah satu upaya peningkatan daya beli masyarakat, selain membuat harga pangan terjangkau, juga pengucuran dana desa. Tetapi, kenyataannya, tak mudah. Bagaimana mempercepat efektivitas dana desa?

Dana desa tahun ini memang tahun pertama desa dikembangkan secara administratif lebih baik sehingga tak mudah, baik dari segi kemampuan maupun kebiasaan, ataupun dari sisi penerimaan masyarakat. Maka, dibutuhkan pembelajaran.

Persepsi di media sosial terhadap Wapres ada yang positif, tetapi ada pula yang tidak. Bagaimana Wapres melihatnya?

Pemerintah tidak mungkin memuaskan semuanya. Seorang pejabat, pemimpin, harus mengambil keputusan, yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Tidak mungkin kita menyenangkan semua pihak. Saat kita mengambil keputusan, tindakannya sesuai dengan keyakinan kita. Bahwa keputusannya itu dapat menyenangkan hati orang, ada juga. Tetapi, kita tidak bisa mengambil tindakan untuk pencitraan demi memenuhi kemauan seseorang. Kalau seperti itu, namanya koordinator masyarakat, bukan seorang pemimpin.

(WHY/HAR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar