KOMPAS 2/11 Page 11,-- Aksi terorisme dinilai tidak hanya muncul karena ada paham keagamaan yang radikal, tetapi juga bersumber dari persoalan ketidakadilan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi terorisme, sejumlah masalah ketidakadilan harus segera diatasi.
"Berdasarkan penelitian terbaru, salah satu akar masalah terorisme itu adalah ada ketidakadilan dalam masyarakat," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan dalam Gelar Seni Budaya Nusantara di Lapangan Pancasila, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pekan lalu.
Gelar seni yang menghadirkan sejumlah seniman itu mengambil tema "Memaknai Semangat Sumpah Pemuda Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa dalam Rangka Pencegahan Terorisme". Acara tersebut digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai bagian dari rangkaian Program Pencegahan Terorisme.
Luhut menyatakan, masalah terorisme muncul karena faktor ekonomi dan nonekonomi. Dari sisi ekonomi, maraknya pengangguran, kesenjangan, dan ketidakadilan ekonomi ikut menumbuhkan bibit munculnya paham radikal yang membenarkan aksi teror. Penanggulangan terorisme tidak bisa dilakukan hanya dengan pendekatan yang keras, yakni melalui penangkapan pelaku dan penegakan hukum.
"Terorisme tidak bisa dihantam hanya dengan hard approach (pendekatan keras), tetapi juga bisa dengan soft approach (pendekatan halus)," ujarnya.
Luhut juga mengajak para pemuda membendung paham terorisme di media sosial dengan menyebarkan pesan kedamaian. Ini untuk menghadang penyebaran paham radikal melalui internet dan media sosial. "Anak- anak muda hidup dalam masa digital yang maju, tetapi perkembangan radikalisme di media sosial juga berkembang. Maka, anak-anak muda harus memainkan media sosial untuk melawan terorisme," kata Luhut.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengapresiasi sejumlah program BNPT untuk mencegah penyebarluasan paham radikal dan terorisme dengan melibatkan pemuda. Ke depan, Imam menawarkan kerja sama antara BNPT dan Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk menggencarkan program pencegahan terorisme di kalangan pemuda.
"Mari kita masuk ke kampus- kampus untuk memberikan pemahaman anti terorisme karena kelompok radikal itu menyasar generasi," tutur Imam.
Kepala BNPT Komisaris Jenderal (Pol) Saud Usman Nasution mengatakan, sejak 28-30 Oktober 2015, BNPT menggelar program pencegahan terorisme di Yogyakarta yang diisi sejumlah kegiatan, misalnya dialog, lokakarya, pawai budaya, dan gelar seni budaya. Program tersebut melibatkan sejumlah kelompok pemuda, komunitas pengguna internet, dan seniman. (HRS)
Ads Inside Post
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ConversionConversion EmoticonEmoticon