Pesawat penumpang besar pertama buatan Tiongkok diluncurkan pada Senin (2/11). Negara ekonomi terbesar di Asia itu mencari prestise dengan mempunyai sektor aviasi sendiri, mengambil pangsa pasar dari Airbus dan Boeing.
Tiongkok adalah salah satu pasar aviasi terbesar, tetapi mengandalkan pesawat produksi Boeing dan Airbus. Upaya miliaran dollar AS untuk menciptakan pesawat C919 buatan sendiri itu ditujukan untuk merebut kembali sebagian dari keuntungan komersial yang mengalir ke perusahaan penerbangan asing itu.
Para pekerja memerlukan lebih dari setahun untuk mempersiapkan C919 di pabrik Commercial Aircraft Corp of China (Comac) di Shanghai. Pesawat jet berbadan sempit itu bisa menampung 168 penumpang,
Pesawat bermesin ganda itu ditampilkan Comac dalam sebuah upacara yang dihadiri sekitar 4.000 pejabat pemerintah dan tamu lain dekat Bandara Internasional Pudong, Shanghai.
Bagi Tiongkok, pesawat itu mewakili upaya tak kurang dari tujuh tahun dalam kampanye mengurangi ketergantungan pada Airbus, perusahaan konsorsium Eropa, dan Boeing dari Amerika Serikat, bahkan bersaing dengan mereka.
"Industri angkutan udara Tiongkok tidak bisa tergantung sepenuhnya pada impor. Sebuah negara besar harus mempunyai pesawat komersial besarnya sendiri," kata Ketua Badan Aviasi Sipil Tiongkok Li Jiaxiang di depan hadirin.
Kantor berita AFP menggambarkan, sebuah truk kecil menarik pesawat sepanjang 39 meter itu-yang dicat putih dengan ekor hijau-keluar dari sebuah gedung yang dihiasi dengan sebuah bendera besar Tiongkok. Para pekerja proyek itu berbaris di kedua sisinya.
"Selesainya produksi pesawat C919 pertama merupakan peristiwa penting dalam perkembangan pesawat asli pertama Tiongkok," kata Presiden Comac Jin Zhuanglong dalam upacara itu.
Pesawat yang bisa terbang menempuh jarak sampai 5.555 kilometer itu akan melakukan uji terbang pertamanya tahun 2016.
Uji terbang itu berarti melewati tenggat awal yang ditarget dilakukan tahun ini. Surat kabar China Daily bahkan melaporkan, penerbangan pertama itu mungkin diundur sampai 2017.
Tiongkok telah memimpikan membangun pesawat sipil sejak tahun 1970-an. Saat itu, Jiang Qing-istri pemimpin Mao Zedong dan seorang anggota "Kelompok Empat", faksi dalam Partai Komunis Tiongkok yang menonjol dalam era Revolusi Kebudayaan-secara pribadi mendukung upaya mewujudkan itu. Namun, bobot pesawat Y-10 membuatnya tak praktis dan hanya tiga unit pesawat yang diproduksi.
Walaupun C919 adalah buatan Tiongkok, manufaktur asing memainkan peran kunci. CFM International, perusahaan patungan antara General Electric (AS) dan Safran (Perancis), memasok sistem dan mesin pesawat.
Comac tidak mengungkapkan biaya produksi C919. Bulan lalu, Bank Ekspor Impor Tiongkok mengatakan menyediakan 7,9 miliar dollar AS bagi Comac untuk mendanai proyek mereka.
Perusahaan itu telah menerima pesanan 517 pesawat C919 dari 21 maskapai, sebagian besar pembeli domestik. Pelanggan asing, antara lain City Airways dari Thailand, telah memesan 10 pesawat.
Sebuah perusahaan pemerintah lain secara terpisah mengembangkan pesawat yang lebih kecil, ARJ-21, untuk bersaing dalam pasar yang didominasi Embraer dari Brasil dan Bombardier dari Kanada. (AFP/AP/DI)
Tiongkok adalah salah satu pasar aviasi terbesar, tetapi mengandalkan pesawat produksi Boeing dan Airbus. Upaya miliaran dollar AS untuk menciptakan pesawat C919 buatan sendiri itu ditujukan untuk merebut kembali sebagian dari keuntungan komersial yang mengalir ke perusahaan penerbangan asing itu.
Para pekerja memerlukan lebih dari setahun untuk mempersiapkan C919 di pabrik Commercial Aircraft Corp of China (Comac) di Shanghai. Pesawat jet berbadan sempit itu bisa menampung 168 penumpang,
Pesawat bermesin ganda itu ditampilkan Comac dalam sebuah upacara yang dihadiri sekitar 4.000 pejabat pemerintah dan tamu lain dekat Bandara Internasional Pudong, Shanghai.
Bagi Tiongkok, pesawat itu mewakili upaya tak kurang dari tujuh tahun dalam kampanye mengurangi ketergantungan pada Airbus, perusahaan konsorsium Eropa, dan Boeing dari Amerika Serikat, bahkan bersaing dengan mereka.
"Industri angkutan udara Tiongkok tidak bisa tergantung sepenuhnya pada impor. Sebuah negara besar harus mempunyai pesawat komersial besarnya sendiri," kata Ketua Badan Aviasi Sipil Tiongkok Li Jiaxiang di depan hadirin.
Kantor berita AFP menggambarkan, sebuah truk kecil menarik pesawat sepanjang 39 meter itu-yang dicat putih dengan ekor hijau-keluar dari sebuah gedung yang dihiasi dengan sebuah bendera besar Tiongkok. Para pekerja proyek itu berbaris di kedua sisinya.
"Selesainya produksi pesawat C919 pertama merupakan peristiwa penting dalam perkembangan pesawat asli pertama Tiongkok," kata Presiden Comac Jin Zhuanglong dalam upacara itu.
Pesawat yang bisa terbang menempuh jarak sampai 5.555 kilometer itu akan melakukan uji terbang pertamanya tahun 2016.
Uji terbang itu berarti melewati tenggat awal yang ditarget dilakukan tahun ini. Surat kabar China Daily bahkan melaporkan, penerbangan pertama itu mungkin diundur sampai 2017.
Tiongkok telah memimpikan membangun pesawat sipil sejak tahun 1970-an. Saat itu, Jiang Qing-istri pemimpin Mao Zedong dan seorang anggota "Kelompok Empat", faksi dalam Partai Komunis Tiongkok yang menonjol dalam era Revolusi Kebudayaan-secara pribadi mendukung upaya mewujudkan itu. Namun, bobot pesawat Y-10 membuatnya tak praktis dan hanya tiga unit pesawat yang diproduksi.
Walaupun C919 adalah buatan Tiongkok, manufaktur asing memainkan peran kunci. CFM International, perusahaan patungan antara General Electric (AS) dan Safran (Perancis), memasok sistem dan mesin pesawat.
Comac tidak mengungkapkan biaya produksi C919. Bulan lalu, Bank Ekspor Impor Tiongkok mengatakan menyediakan 7,9 miliar dollar AS bagi Comac untuk mendanai proyek mereka.
Perusahaan itu telah menerima pesanan 517 pesawat C919 dari 21 maskapai, sebagian besar pembeli domestik. Pelanggan asing, antara lain City Airways dari Thailand, telah memesan 10 pesawat.
Sebuah perusahaan pemerintah lain secara terpisah mengembangkan pesawat yang lebih kecil, ARJ-21, untuk bersaing dalam pasar yang didominasi Embraer dari Brasil dan Bombardier dari Kanada. (AFP/AP/DI)
ConversionConversion EmoticonEmoticon