Rabu, 28 Oktober, dari pagi sampai sore, salah satu lajur di Jalan Merdeka Utara, di depan Istana Merdeka, Jakarta, dipenuhi pengunjuk rasa. Mereka terbagi atas dua kelompok, yakni para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan para buruh.
Kelompok buruh lebih dahulu datang di tempat yang persis berhadapan dengan Istana Merdeka. Mereka menggunakan panggung mobil dan sistem pengeras suara yang cukup canggih. Mereka berseragam biru-biru.
Sementara para mahasiswa berpakaian berwarna-warni, kuning, biru, merah marun, unggu, dan lainnya. Mereka juga menggunakan panggung mobil. Ketika kelompok buruh selesai beraksi di depan Istana Merdeka, para mahasiswa ini bergerak dan menempati jalan persis di depan Istana Merdeka.
Seperti para buruh, para mahasiswa juga membawa banyak spanduk. Spanduk terbesar berbunyi, "Pemerintahan Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla telah gagal". Sejumlah pemimpin kelompok mahasiswa berdiri di atas panggung mobil dan bergantian berorasi serta meneriakkan yel-yel.
Seorang pemimpin kelompok mahasiswa berjaket kuning antara lain meneriakkan soal mafia energi dan mafia tanah.
"Kini sinar matahari masih terik, angin yang bertiup bercampur debu yang membuat mata perih dan menyebabkan kita batuk-batuk. Tapi, demi perjuangan, kita tidak akan mundur berjuang demi rakyat. Jokowi-JK telah gagal," begitu kata mahasiswa di atas panggung, yang disambut pekik dan teriakan massa mahasiswa di jalan yang dipagari kawat berduri dan pasu-kan polisi serta mobil berlapis baja.
Selama unjuk rasa, sejumlah mahasiswa yang mengikutinya menolak diwawancara. "Mas, siapa nama mahasiswa yang orasi di atas panggung mobil itu?" tanya wartawan kepada beberapa mahasiswa. "Oh, saya tidak tahu, tanya saja sendiri kepada yang berkaitan," jawab seorang mahasiswa berjaket kuning.
"Kalian dari perguruan tinggi mana," tanya wartawan lagi kepada mahasiswa lainnya dan tak ada jawaban. Mereka tetap tutup mulut.
Seperti biasa, unjuk rasa itu membuat pedagang kaki lima, terutama para pedagang minuman dan makanan kecil, panen pembeli. "Lumayan, saya sudah bisa mendapat untung lebih dari Rp 100.000," kata seorang perempuan penjual minuman asal Madura yang tinggal di Pejambon, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar