dsfdsfdsf

Arab Saudi Bentuk Koalisi Antiterorisme 34 Negara



MEDIA INDONESIA 16/12 Page 9, -- Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, kemarin, mengumumkan pembentukan koalisi militer yang beranggotakan 34 negara, termasuk negara-negara Teluk, Mesir, dan Turki, untuk melawan terorisme di dunia Islam. Aliansi militer pimpinan Saudi itu tidak melibatkan Suriah, Irak, juga Iran, yakni negara saingan Saudi yang menganut ideologi Syiah.

Menurut kantor berita pemerintah, Saudi Press Agency (SPA), koalisi tersebut akan berbasis di Riyadh, Arab Saudi, untuk mengoordinasikan dan mendukung operasi militer melawan terorisme dengan partisipasi negara-negara dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia.

"Koalisi ini akan berperan dalam mengatasi masalah dunia Islam yang berkaitan dengan terorisme dan akan menjadi mitra dalam perang di seluruh dunia terhadap momok ini," kata Menteri Pertahanan Saudi sekaligus Wakil Putra Mahkota, Mohammed bin Salman, dalam konferensi pers di Riyadh.

Dalam operasi dan kebijakannya, menurut SPA, koalisi itu juga akan berkoordinasi dengan negara-negara pecinta damai dan badan-badan internasional demi mendukung upaya internasional memerangi terorisme dan menjaga keamanan internasional.

Negara-negara yang berpartisipasi ke dalam Koalisi Riyadh ialah anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang berbasis di Jeddah. SPA juga melaporkan ada lebih dari 10 negara yang disebutnya sebagai `negara Islam' lain yang telah menyatakan dukungan untuk koalisi, termasuk Indonesia.

"Negara-negara ini memang harus melalui prosedur tertentu sebelum dapat bergabung dengan koalisi. Namun, karena ada kemauan untuk bergabung dengan koalisi ini sesegera mungkin, (aliansi) 34 negara ini telah diumumkan," jelas Menteri Salman.

Ketika ditanya apakah koalisi yang baru dibentuk itu hanya akan berfokus pada kelompok radikal Islamic State, Salman menegaskan, "Koalisi akan melawan setiap organisasi teroris yang muncul."

Pengumuman pembentukan koalisi itu merupakan langkah yang terbaru dalam kebijakan luar negeri Saudi sejak Raja Salman naik tahta, Januari lalu, dan menjadikan Mohammed bin Salman, yakni anaknya, sebagai menteri pertahanan.

Pada Maret lalu, monarki juga membentuk koalisi Arab yang beranggotakan puluhan negara untuk mendukung pemerintah Yaman melawan pemberontak Syiah Houthi yang clisokong Iran. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab diasumsikan memiliki peran utama dalam koalisi itu.