dsfdsfdsf

Arrmanatha Nasir, "Tidak sesuai hukum Indonesia"



Indonesia tidak ikut serta dalam koalisi militer melawan terorisme yang dipimpin Arab Saudi, Selasa (15/12). Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir mengatakan, bergabung dengan koalisi militer internasional tidak sejalan dengan undang- undang yang berlaku di Indonesia.

"Ini sejak awal tidak sejalan dengan undang-undang," kata Arrmanatha yang kerap disapa Tata.

Menurutnya, dua hari lalu, Arab Saudi menawarkan Indonesia untuk bergabung dengan pembentukan Center for Counter Extremism and Terrorism. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meminta Saudi mengirimkan modalitas dan paparan dari rencana tersebut. Namun, saat itu Saudi mengatakan akan meresmikannya besok (Selasa—Red).

Menurutnya, sejak awal koalisi militer tidak sejalan dengan undang-undang Indonesia yang menganut paham hubungan internasional bebas aktif. Indonesia hanya akan mengikuti aliansi militer di bawah kepemimpinan PBB.

Beda cara pandang
Pengamat hubungan internasional dan Timur Tengah, Teuku Rezasyah, menyambut sikap Indonesia yang tidak ikut Aliansi Militer pimpinan Arab Saudi.

"Bagus dong," kata Teuku pada Republika.

Menurutnya, cara pandang Saudi dan Indonesia dalam menangani terorisme sangat jauh berbeda. Arab Saudi memilih cara perang sementara Indonesia memilih mengatasi akar masalah, seperti mengatasi kebodohan, ketidakberdayaan, dan hal lain yang membatasi ekspresi.

Teuku mengatakan, cara Indonesia mengatasi terorisme dan ekstremisme sudah berada di jalur yang benar. "Tidak apa-apa kita tidak mendapat fasilitas pelatihan mereka, kita bisa mandiri," katanya.

Indonesia dinilai sebagai negara besar yang tidak perlu ikut dalam gerbong negara lain yang sudah ada pemimpinnya. "Jika kita ikut, kita jadi ekor mereka. Maka, sekarang kita simpati saja. Saat ini, energi kita fokuskan di dalam negeri," kata dosen Hubungan Internasional di Universitas Indonesia ini.

Indonesia juga dinilainya bisa mengamankan diri sendiri sehingga hal itu akan menjadi nilai tambah bagi sekitar dan tidak perlu menginduk pada negara tertentu.

"ISIS itu siapa, polanya seperti Taliban yang dibangun oleh AS yang kemudian lepas kendali, mengapa ISIS selalu menyerang negara yang parah, seperti Suriah dan Irak. ISIS itu adalah buatan negara tertentu," katanya.

Menurutnya, ada kekuatan-kekuatan tertentu yang ikut berperan sehingga Indonesia sebaiknya tidak pernah menjadi bagian itu. [LIDA PUSPANINGTYAS]