dsfdsfdsf

Editorial, "Harapan Baru bagi Libya"



KOMPAS 16/12 Page 6, -- Meskipun tidak mudah, kesepakatan berbagai pihak untuk menghentikan perang saudara membawa titik terang bagi masa depan Libya.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan, para pihak yang bertikai di Libya berjanji untuk menandatangani kesepakatan di Maroko hari Rabu ini. Dalam waktu 40 hari mereka akan membentuk pemerintahan.

Pernyataan Kerry muncul setelah memimpin pertemuan Roma bersama Menlu Italia Paolo Gentiloni, yang membahas masa depan Libya. Sebanyak 17 wakil negara yang mengikuti pertemuan, termasuk Mesir, Tiongkok, dan Rusia, ikut menandatangani kesepakatan ini.

Kondisi dalam negeri Libya sangat tidak stabil setelah Moammar Khadafy digulingkan pada Oktober 2011. Bahkan, pemilu 25 Juni 2014 tidak membuat kondisi dalam negeri Libya membaik. Sekarang terdapat dua pemerintahan di Libya. Satu pemerintahan di Tobruk, di sebelah timur Libya yang diakui internasional, dan satu lagi berkedudukan di Tripoli dan dikuasai kelompok Islam. Pemerintahan di Tripoli belakangan sibuk menghadapi ancaman kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah.

Implementasi kesepakatan ini tidak mudah meskipun beberapa sayap politik di dalam negeri Libya menyatakan mendukung kesepakatan itu. Brigade Misrata dan Brigade Tripoli menyatakan siap melindungi pemerintahan yang dibentuk setelah perundingan Roma.

Namun, Libya tidak memiliki tentara nasional karena mereka tersebar dalam kekuatan milisi yang secara politik mempunyai aliansi berbeda. Apa yang sekarang disebut Tentara Nasional Libya itu dikomandani Jenderal Khalifa Haftar, mantan loyalis Khadafy.

Untuk membentuk tentara nasional seperti diinginkan pertemuan Roma, rasanya sulit. Haftar yang didukung Ibrahim Jathran, penguasa sumur minyak di Libya timur, bersaing dengan Brigade Misrata dan Brigade Tripoli.

Langkah awal yang dapat ditempuh sesuai inisiatif Roma adalah membentuk pemerintahan persatuan di Tripoli. AS mengakui pembentukan pemerintahan persatuan butuh waktu dan dukungan tak hanya dari semua kelompok yang bermusuhan di dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.

Banyaknya faksi dan milisi di Libya membuat banyak pengamat sangsi apakah pemerintahan baru bisa dibentuk atau tidak, mengingat adanya dukungan internasional bagi tiap faksi tersebut. Mesir dan Uni Emirat Arab, misalnya, mendukung pemerintahan Tobruk, sedangkan Turki dan Qatar mendukung penguasa di Tripoli.

Kita berharap kondisi dalam negeri Libya membaik seiring kesepakatan Roma. Meski tidak mudah, kesediaan milisi dan politisi mengakhiri konflik dalam negeri terus kita dorong. Kondisi yang membaik akan mengurangi arus pengungsi yang selama ini menyulitkan Eropa.