17 Des 2015

Tunisia dan Yordania Sayangkan RI tak ikut Aliansi

REPUBLIKA 17/12 Page 7 - Yordania dan Tunisia menyayangkan Indonesia yang tidak ikut bergabung dengan aliansi pimpinan Arab Saudi. Duta Besar Yordania untuk Indonesia, Walid Abdel Rahman Al Hadid, mengatakan aliansi ini adalah kerja sama positif yang bisa berkontribusi di garis depan.

Aliansi militer pimpinan Arab Saudi yang beranggotakan 34 negara dinilai sebagai aliansi penting untuk memerangi terorisme. Ia menilai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menyerang semua orang, tidak hanya Yahudi, Kristen, tapi juga Muslim, semua pihak. Menurut Hadid, ISIS memiliki interpretasi berbeda tentang Islam.

"Ini adalah sesuatu yang harus disadari oleh komunitas internasional sehingga terorisme harus dilawan bersamaan, ditindak secara kolektif," kata Hadid dalam forum diskusi yang digelar Kementerian Luar Negeri Indonesia, Rabu (16/12).

Ia menyayangkan Indonesia yang tak ikut dalam aliansi yang diresmikan Saudi, Selasa (15/12). Hadid mengatakan, Indonesia negara yang unik. Negara dengan mayoritas Islam, tapi bisa mempromosikan kedamaian.

"Menjadi bagian dari aliansi yang positif itu bagus," katanya.

Duta besar Tunisia untuk Indonesia Mourad Belhassen juga menyuarakan hal yang sama. Menurutnya, aliansi militer pimpinan Arab Saudi ini bukan merupakan bagian dari proxy war.

Aliansi ini juga bukan interpretasi dari perang antara Suni dan Syiah. Mengingat Iran tidak ikut serta. "Ini Saatnya negara Muslim ikut ambil bagian," kata dia. Perang melawan ISIS dinilai sebagai perang intensional.

Kementerian Luar Negeri Indonesia telah menegaskan bahwa Indonesia menganut paham bebas aktif dalam hubungan internasional. Mengikuti aliansi militer juga dinilai tidak sesuai dengan hukum di Indonesia.

Sebelumnya, negara-negara Barat menyambut baik pembentukan aliansi. Namun, mereka dan negara anggota aliansi sendiri masih belum memahami peran aliansi.

"Kami menanti untuk mempelajari apa gagasan Arab Saudi mengenai aliansi ini," ujar Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ash Carter, Selasa.

Komentar yang sempat bocor dari sejumlah negara penanda tangan aliansi menunjukkan Saudi belum siap dengan konsep koalisinya. Awalnya, Saudi mendekati rekan-rekan aliansi untuk membentuk pusat koordinasi. Namun, kemudian Saudi ternyata mengumumkan sebuah aliansi militer.

Kebingungan ini juga dialami Indonesia yang awalnya diajak untuk membentu pusat koordinasi, seperti dituturkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, Selasa. Indonesia pun terkejut ketika Saudi malah mengumumkan pembentukan aliansi.

Seruan aI-Azhar

Lembaga al-Azhar yang berbasis di Kairo, Mesir, menyerukan agar negara-negara Muslim bergabung dengan aliansi anti-terorisme 34 negara pimpinan Saudi.

"Al-Azhar meminta semua negara Islam untuk bergabung dalam aliansi ini untuk melawan terorisme yang telah melakukan kejahatan yang mengerikan tanpa pandang bulu," kata al-Azhar, dalam pernyataan yang dikutip Arab News, Rabu (16/12).

Menurut al-Azhar, adanya aliansi ini sebagai permintaan mendesak rakyat di negara-negara Islam yang telah menderita lebih berat dari yang lain akibat kejahatan terorisme. Pihaknya berharap aliansi ini akan mengalahkan terorisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar