17 Des 2015

Uni Eropa Dampingi RI Lawan Global Warming

REPUBLIKA 17/12 Page 2, -- Pada Sabtu (12/12) pekan lalu, bertempat di Paris, Prancis, para pemimpin dari 195 negara menghadiri konferensi perubahan iklim atau yang lebih dikenal sebagai COP21. Dalam sesi paripurna COP21, Senin (14/12) waktu setempat, Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz meluapkan kegembiraannya. Menurutnya, COP21 berhasil mencetak sejarah.

Kesepakatan COP21 bernilai historis, menurut Schulz, karena untuk pertama kalinya Negara-negara di seluruh dunia bersatu melawan pemanasan global. Namun, Schulz melanjutkan, poin paling penting ialah mengimplementasikan kesepakatan COP21 dalam bentuk kebijakan dan praktik terukur selama lima tahun ke depan. Setiap kawasan dan negara didorong untuk menjaga komitmen dan tanggung jawab ekologis.

Atas dasar itu, UE aktif melakukan pendekatan terhadap negara-negara, khususnya yang “menyumbang” emisi gas rumah kaca besar bagi planet ini. Salah satunya, Asia Tenggara dan lebih spesifik lagi, Indonesia.

Kepala Bagian Kerja Sama Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Franck Viault, dalam jumpa pers di kantor perwakilan UE untuk ASEAN, di Jakarta, Selasa (15/12), menuturkan apa yang disebutnya ambisi UE terhadap negara-negara berkembang. Ambisi itu berfokus pada upaya mereduksi selekas mungkin emisi gas karbon yang berlangsung di Asia Tenggara. “Uni Eropa terus mendukung aksi melawan pemanasan global, yakni mereduksi emisi gas dan dampaknya di negara-negara berkembang,” kata Franck.

Menurut dia, dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global mendominasi hubungan diplomasi antara UE dan Indonesia. Bencana asap kebakaran hutan, degradasi lahan gambut, dan ancaman terhadap kesehatan dan lingkungan hidup, antara lain menjadi dasar bagi UE untuk mendampingi Indonesia dalam lima tahun ke depan. “Sebagai tambahan Uni Eropa telah mendukung sektor kehutanan Indonesia sejak 1994 dan kami akan terus mendampingi dalam melawan pembabatan hutan Regal,” ujar dia.

Setidaknya, jelas Franck, ada beberapa program UE ke depannya bagi isu ekologis di Indonesia. Dalam hal ini, UE akan menyediakan dana tak kurang dari 15 juta euro untuk mendukung upaya prolingkungan hidup di Indonesia. Dana bisa berupa hibah atau pinjaman.

Franck menyebutkan beberapa program UE, di antaranya, terkait dukungan terhadap peningkatan mitigasi perubahan iklim di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). UE akan melakukan pendekatan multisektoral dan menyertakan pelbagai pemangku kepentingan untuk mengarusutamakan isu perubahan iklim. Proyek senilai 2.449.971 euro ini sedang dalam proses, mulai dari Januari 2013 silam hingga Juni 2016. Tujuannya, agar pemerintah daerah NAD bisa menerapkan kebijakan lingkungan REDD (reducing emissions from deforestation and forest degradation).   

UE juga akan menyertakan sejumlah LSM di Papua dan Pemerintah Daerah Jayapura, Jayawijaya, dan Merauke. Program yang juga sedang dalam proses sejak Januari 2013 hingga Desember 2016 nanti mendukung pengawasan partisipatoris terkait strategi pembangunan rendah . emisi. Untuk proyek ini, UE mendanai sebesar 2,25 juta euro.

Program ketiga berkaitan dengan upaya UE untuk mendampingi Pemerintah Provinsi NAD melalui tinjauan anggaran publik (public expenditure review/PER). Melalui mekanisme PER, UE membantu para pembuat kebijakan di provinsi itu agar bisa menggunakan anggaran belanja daerah seefektif mungkin datam konteks isu pemanasan global. Program ini sudah berjalan sejak November 2015 hingga Maret tahun depan. Ada dana bantuan dari UE sebesar 146.237 euro.

Masih untuk NAD, Uni Eropa juga akan mendampingi untuk harmonisasi program pembangunan di Bumi Serambi Mekkah itu. Dana bantuan sebesar 272.305 euro diharapkan dapat bisa mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang melindungi sumber daya alam lingkungan di NAD. Program ini sedang berlangsung mulai November tahun ini dan akan berakhir pada Mei 2016.

Manajer Program Lingkungan Hidup UE Giovanni Serritella mengingatkan komitmen Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam COP21 lalu di Paris. Giovanni menyoroti peristiwa kebakaran hutan dan lahan di Indonesia pada tahun ini. “Bencana asap kemarin telah membuat Indonesia menjadi penyumbang emisi karbon tertinggi ketiga di dunia, melampaui negara-negara maju Uni Eropa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar