10 Okt 2015

Rencana Kader Bela Negara Dinilai tidak Realistis

MEDIA INDONESIA 10/10 Page 3, -- RENCANA program pelatihan bela negara dari Kementerian Pertahanan yang menargetkan 100 juta kader dalam rentang 10 tahun mendatang disebut jauh panggang dari api.

Selain daya tampung pendidikan yang masih terbatas, dasar perundangan dan dukungan anggaran masih lemah. Karena itu, prioritas didorong lebih kepada pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista).

"Menurut hemat saya, perlu kita diskusikan ulang. Ketika uang negara semakin terbatas, kita harus lebih jeli menentukan prioritas mana yang paling utama demi kepentingan bangsa dan negara," ujar Tubagus Hasanuddin, anggota Komisi I DPR, melalui pesan singkat, kemarin.

Ia menjelaskan antara DPR dan pemerintah belum pernah mendiskusikan secara rinci tentang program itu. Dalam perhitungannya, biaya untuk program pendidikan dan pelatihan semacam itu tidaklah kecil. Hasanuddin memperkirakan dana yang dibutuhkan untuk diklat itu ialah Rp10 juta per orang per peitiode diklat. Jika dalam lima tahun saja Kemenhan bisa meraup SO juta kader, dana yang bakal tersedot bisa mencapai Rp500 triliun.

"Lalu uang dari mana? Karena untuk anggaran TNI dalam pengadaan alutsista pun, pemerintah malah menguranginya," cetus dia.

Hasanuddin merinci kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan alutsista di 2016 ialah Rp36 triliun. Angka kekurangan itu didasarkan atas rencana strategis (restra) II pembangunan alutsista minimal (minimum essensial force/MEF).

"Jika kebutuhan di 2016 itu tidak terpenuhi, bisa dipastikan bahwa MEF kekuatan TNI tak akan tercapai pada 2019," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebutkan target tersebut akan diwujudkan lewat pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bela Negara di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sembari menunggu pembangunan selesai, pihaknya menggunakan gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Sentul, Bogor, sebagai pusdiklat Bela Negara.

Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kemenhan Mayjen Hartind Asrin menyebut bahwa pusat pelatihan yang tengah dibangun itu mampu menampung 600 orang. Fasilitas yang tersedia di lahan seluas 7 hektare itu kelak ialah ruang kelas, poliklinik, serta sarana olahraga. (Kim/ Ant/P-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar