11 Nov 2015

Pejuang Itu Menangis di Pelukan Jokowi

Saat upacara bendera di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (10/11), usai, Heru Soewadji (87) berdiri. Matanya berkaca-kaca ketika Presiden Joko Widodo menghampirinya. Dia menjabat erat tangan Jokowi, lalu memeluk dan membenamkan wajahnya di pundak Presiden.

Momen itulah yang ditunggu Heru dan para veteran perang di Surabaya. Meski berjuluk Kota Pahlawan, baru kali ini Surabaya menjadi pusat peringatan Hari Pahlawan sekaligus dipimpin Presiden.

Meski para tamu penting sudah meninggalkan lokasi upacara, Heru dan tiga veteran belum beranjak dari tempat duduk mereka. Saat dihampiri, ia langsung bercerita dengan penuh semangat mengenai keterlibatannya dalam perang melawan pasukan Jepang di sekitar tempat yang kini jadi Tugu Pahlawan.

"Saya pelaku. Saya merasakan dan menyaksikan sendiri bagaimana penjajah menyerbu dan banyak sesama pejuang yang gugur," kata Heru, yang bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR). Semua kengerian perang itu terbayang lagi ketika Heru berada di Tugu Pahlawan tersebut.

Pertempuran sengit

Peristiwa pertempuran sengit dan mengerikan yang terjadi di Surabaya, 10 November 1945, juga terjadi di lokasi yang tidak jauh dari area Tugu Pahlawan dan sekitarnya. Saat itu, pasukan sekutu yang diboncengi tentara NICA datang ingin membantu memulihkan kekuasaan Belanda di Indonesia. Pasukan sekutu datang bersenjata lengkap dan terus menekan arek-arek Suroboyo.

Belasan ribu pejuang diperkirakan gugur dalam pertempuran besar itu. Presiden Jokowi saat memimpin upacara kembali menegaskan, peristiwa pertempuran terbesar dalam sejarah revolusi nasional Indonesia di Surabaya itulah yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

"Maka, saya bangga dan terharu Presiden bisa datang. Ini juga bentuk kepedulian terhadap kami," kata Heru.

Heru bercerita, ketika menyalami Jokowi, dirinya berkali-kali mengucapkan terima kasih dan menyatakan rasa bangganya atas kehadiran Presiden.

Sebagai veteran, Heru selama ini mendapat dana kehormatan Rp 1,6 juta per bulan dari pemerintah. Meski pas-pasan dengan kondisi ekonomi sekarang, ia mengaku tetap bersyukur. "Yang penting apa yang sudah kami perjuangkan dimanfaatkan dengan baik," katanya.

Kegembiraan lainnya juga dirasakan Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Surabaya Hartoyik. Ia berharap peringatan Hari Pahlawan selalu dipusatkan di Surabaya, siapa pun presidennya nanti.

Hartoyik mengaku telah menyampaikan harapannya. "Bapak Presiden hanya bilang, 'siap'," kata Hartoyik.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kehadiran Presiden di Surabaya diharapkan bisa merevitalisasi semangat juang, pengorbanan, dan keteladanan para pahlawan. Harapannya, tumbuh rasa menghormati para pahlawan dengan cara yang relevan saat ini, seperti memberantas budaya korupsi dan menghindari narkoba. Semua itu berujung pada semakin suburnya sikap selalu mencintai Indonesia.

(Herpin Dewanto)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 November 2015, di halaman 5 dengan judul "Pejuang Itu Menangis di Pelukan Jokowi".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar