Timur Tengah benar-benar sebuah kawasan yang sangat dinamis, yang selalu berubah- ubah, terlebih lagi jika ada campur tangan kekuatan asing.
Boleh dikatakan perubahan-perubahan besar terjadi sejak Revolusi Musim Semi 2011 yang pertama kali menyapu Tunisia. Dari Tunisia merembet ke Mesir, Libya, Suriah, dan Yaman serta menyenggol Jordania dan Arab Saudi. Perubahan besar terjadi di Tunisia, Mesir, Libya, dan Yaman, yang belum selesai hingga kini. Sementara Suriah menjadi mandala baru pertarungan dan persaingan geopolitik antara AS dan Rusia.
Munculnya kelompok bersenjata yang menyebut diri Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menambah tidak hanya persoalan di negara-negara Arab, tetapi juga kecemasan baru. Hal itu disebabkan cita-cita dan ideologi NIIS yang sangat berbeda dengan negara-negara Arab. Dengan menekankan pada militansi, fundamentalisme, dan radikalisme, dalam gerakannya NIIS menjadi ancaman baru bagi mereka, bahkan ancaman bagi Rusia dan AS, dalam perang melawan terorisme.
Perkembangan terakhir itulah yang kemudian mendorong terciptanya koalisi antara AS dan negara-negara Arab pada September tahun lalu untuk sama-sama memerangi NIIS. Dokumen pembentukan koalisi yang disebut Komunike Bersama ditandatangani di Jeddah. Negara-negara Arab yang tergabung dalam koalisi adalah Mesir, Irak, Jordania, Lebanon, serta Dewan Kerja Sama Teluk, yakni aliansi negara-negara Teluk Arab Suni, termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Mereka bersepakat untuk bersama-sama menghadapi NIIS.
Namun, kini koalisi tersebut, yang sudah berjalan beberapa bulan dan dapat dikatakan belum menunjukkan hasil maksimal, terancam bubar atau sekurang-kurangnya berkurang gigitannya. Hal itu terjadi setelah negara-negara Arab lebih memilih untuk menyelesaikan masalah Yaman yang melibatkan Iran.
Dalam kacamata Arab Saudi, tentu persoalan Yaman lebih mendesak diselesaikan karena di sana ada Iran— pesaing utama Arab Saudi dalam memperebutkan pengaruh di Timur Tengah—yang mendukung kelompok bersenjata Houthi. Jika Houthi menang, itu berarti pengaruh Iran akan semakin meluas: Irak, Lebanon (Hesbollah), Suriah (kini mendukung pemerintahan Bashar al-Assad), dan Yaman.
Sikap Arab Saudi yang mengalihkan perhatian ke Yaman akan diikuti negara-negara Arab Sunni tradisional lain, seperti Jordania dan negara-negara Teluk. Terlebih lagi mereka kecewa atas kebijakan AS yang berbaikan dengan Iran. Perkembangan baru ini bisa jadi memberi peluang lebih besar bagi NIIS untuk terus bergerak dan usaha mencari perdamaian di Suriah pun semakin jauh.
Ini tantangan baru bagi AS dan juga Rusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar